CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

iklan

blog teman

tutorial ilmu grafis indonesiaDolar Man

animation,money n more Candy Candy sexy blog Lirik Lagu Indonesia Terbaru by erlambang.com Best Rapidshare Search
Exchange by resep.web.id Best Rapidshare Search

Get Your Own Graffiti Wall At WishAFriend.com

Senin, 19 Januari 2009

street art




Di saat masyarakat Jogja terlelap, mereka bergerak. Ditemani dinginnya malam, mereka menyusur jalanan lengang, berbekal tas atau kardus berisi peralatan, lalu mulai “bekerja”. Menghiasi dan mewarnai kota Jogja. Mereka adalah para bomber, demikian disebut. Para pembuat grafiti jalanan.

Uji nyali, begitu saya menyebut aktivitas ini. Bagaimana tidak? Tengah malam mereka mulai beraksi, nge-bom (aktivitas melakukan grafiti) di media publik, bisa berupa tembok, papan reklame, halte, trotoar, tong sampah, bahkan gerbong kereta api. Dan itu semua dilakukan di tengah risiko tertangkap mata orang lain, terutama petugas keamanan. Dan sebuah gambar sebesar apapun harus jadi dini hari itu juga. Cepat, tersembunyi namun estetika terjaga. Benar-benar uji nyali.

Saya berhasil menemui salah seorang bomber yang sudah banyak berkiprah di bidang ini. Tatsoy (bukan nama sebenarnya), adalah salah seorang crew Jogjakarta Illegal Crew (JIC), sebuah club beranggotakan bomber di Jogjakarta, sedikit berbagi dengan saya tentang pengalamannya di dunia street art.

Bagi Tatsoy, aktivitas grafiti memberi keasyikan tersendiri karena tidak melulu menggambar di kanvas. Karena grafiti lebih banyak berupa tulisan, maka itu bisa menjadi sebuah identitas diri. Memang, jika diperhatikan tiap grafiti memiliki karakter tersendiri sesuai dengan gaya masing-masing.

Sebuah grafiti yang dibuat sedemikian cepat itu rupanya butuh persiapan tersendiri. Untuk membeli cat, yang biasanya dipilih cat genteng atau pilox mereka saweran, tergantung dari gambarnya. Sebelum terpampang di publik area, gambar dibuat dalam sebuah buku sketsa yang sering disebut black book. Kemudian di lokasi terpilih, gambar itu disalin dengan proposional ke media yang lebih besar. Untuk Jogja sendiri, Tatsoy berujar memiliki ciri sendiri, yaitu materi yang lebih murah dan dengan corak lokal yang khas, seperti pesan-pesan dalam bahasa Jawa.

Risiko yang melekat dalam proses pembuatan grafiti rupanya disadari sebagai sesuatu yang sudah galibnya. Dan kemudian risiko inilah yang membedakan street art dengan mural. Berbekal minat dan keberanian yang sama ini sebuah wadah semacam JIC dibentuk. Tatsoy berujar organisasi ini bukan mengikat anggotanya, namun lebih sebagai hanya sebuah wadah tempat mereka berkreasi. Meski tak jarang persaingan antar club terasa dalam bentuk saling memblok karya.

Yang spektakuler, pernah kami temui sebuah graffiti dibuat di satu buah gerbong utuh. Membayangkan betapa keringat dan adrenalin mereka terpompa membuat karya itu hanya semalam, menimbulkan decak kagum. Apapun bentuknya, street art adalah sebuah karya seni yang ikut mewarnai lembaran hari-hari di Jogja.


http://ladangkata.com

0 komentar: